Senin, 31 Oktober 2011

Kepergian sang bidadari

Terhunus oleh kegelapan bumi

Malam sunyi, pada dimensi ruang hampa
Kebekuan hati disambangi rasa yang mati
Menjalani hidup bagai mayat bernyawa,
Bahkan air kehidupan yang kutenggak pun sudah tak bereaksi

Kedatanganmu tanpa sengaja telah membuka ventilasi hati
Kepulan kepengapan asap berkonsentrasi perlahan menuju keseimbangan
Diiringi mentari pagi yang menerobos dari sisi-sisi
Jatuh pada titik fokus retina, memaksa bangun dari kepulasan panjang

Dengan sayapmu kau terbang menelan bintang
Menghilangkan dingin yang mencekam dan menakutkan
Kemudian kau tanamkan benih hidup dengan siraman doa
Pohon kehidupanpun tumbuh, bermekarkan bunga harapan


Bersamamu,
Terbimbingku menata diri
Mengingatkanku akan suatu dimensi
Meredamkan keangkuhan hati
Mempelajari untuk berujar terima kasih

Kehangatan dari sikapmu membuatku memanja
Terajarku untuk menjaga cahaya hangat itu agar tak redup
Penjagaan yang lambat laun meruntuhkan logika
Tersadarku bahwa kau adalah sumber cahaya yang tak mungkin sayup

Kucoba membangun serpihan logikaku kembali
Suara hati kemudian membisiki:
" Berkaca pada dirimu, bandingkan dengan keanggunan dirinya"
" Hey, Dia adalah Permata!!!!"

Pergilah makhluk bersayap suci
Lanjutkan perjalananmu
Tak pernah ada niatan untuk menahanmu disini
Peninggalan prasastimu telah mengakar kuat pada diriku

Aku telah mempunyai pegangan abadi disini
Hasil dari perjalanan panjang bersamamu
Aku takkan takut
Aku telah punya ilahi

Terbanglah...terbanglah..
Takkan pernah kutahan lagi untuk kau pergi...

1 komentar: